Be my kid's mommy! (Bahasa Indonesia)

III 360. Hampir 100%



III 360. Hampir 100%

0"Sayang, Devan sudah empat tahun. Sudah waktunya punya adik." Jawab Dave sambil merangkul mesra pinggang istrinya dari belakang, yang sedang membuka lemari untuk berganti pakaian.     
0

"Dave, masih terlalu cepat. Kita sudah berjanji untuk memberi Devan adik setelah usianya lima tahun." Dian berusaha melepas lilitan tangan sang suami yang melingkari pinggangnya. Namun, bukannya terlepas, Dave malah menempelkan tubuh sang istri ke pintu lemari baju.     

"Saat kamu hamil lagi nanti dan melahirkan, Devan sudah berusia lima tahun. Ayolah, aku ingin rumah ini dipenuhi oleh tawa anak-anak yang bisa membuatku semakin semangat mencari nafkah." Jawab pria yang kini memanjangkan rambutnya kembali hingga tampak gondrong dengan rambut diikat cepol dibagian tengah.     

"Apa kamu yakin? Bukannya nanti kamu malah tambah stress dengan suara teriakan anak-anak dirumah?" Jawab Dian sambil meraba kancing kemeja sang suami yang berada dihadapannya.     

"Sangat yakin, sayang. Jangan buat aku memakai pengaman lagi. Rasanya sangat menyakitkan untukku. Percayalah padaku." Wajah Dave mendadak sendu dan bibirnya cemberut mencoba merajuk sang istri yang kadang keras kepala.     

"Hmm, aku pikirkan lagi ya. Lagipula saat ini aku masih datang bulan." Jawab Dian lagi.     

"Aku tahu jadwal datang bulanmu. Besok sudah bersih kan? Jadi, besok adalah masa suburmu. Betul sayang?" Dave mengedipkan satu mata nakal ke Dian yang spontan melebarkan matanya.     

"Kamu! Dasar. Kamu hapal sekali." Dian memukul dada sang suami dan tersenyum malu.     

"Tentu saja, aku bahkan tahu dimana saja letak tahi lalat ditubuhmu." Dave berbisik di telinga kanan Dian. Pria ini selalu tahu cara menggodanya. Wajah Dian memerah hingga sampai ke telinga.     

"Daddy, mommy, ada telpon dari mommy Axel." Teriakan Devan yang memekakkan telinga disertai gedoran keras di balik pintu kamar mereka, membuat Dave mengeraskan rahangnya. Gagal sudah momen romantis bersama istri yang sudah tidak sabar ingin dilahapnya. Dian terkekeh melihat ekspresi Dave yang kesal bercampur gemas.     

"Aku akan mendesah dibawahmu malam ini." Dian mencium tipis bibir sang suami lalu melarikan diri malu ke pintu untuk menemui anaknya. Mata Dave spontan terbuka lebar dan senyum bahagianya pun selebar matanya.     

"Yesss!" Pekiknya sambil menggoyangkan kepalan tangan di depan dadanya.     

"Ada apa sayang?" Dian jongkok memeluk anak tampannya, yang fisiknya hampir 100% diwariskan dari daddynya.     

"Mommynya Axel telpon. Katanya, besok mau datang jam berapa?" Devan bertanya dengan suara ciri khas anak balitanya.     

"Hmm, mungkin setelah makan pagi, sayang. Mommy akan telpon nenek sekarang." Jawab Dian, sambil menggandeng tangan anaknya menuju lantai satu tempat dimana telpon rumah berada di ruang keluarga.     

"Mommy, maafkan, aku belum sempat telpon mommy." Dian yang sudah menganggap Agnes dan Donni seperti orangtuanya sendiri itu, mulai memanggil mommy dan daddy sejak Donni mengangkat Dave sebagai anak angkatnya.     

"Santai saja. Jadi kapan kalian akan kemari? Besok akhir pekan, biarkan Devan menginap disini semalam atau dua malam menemani Axel." Jawab Agnes, sambil membelai anak bungsu di pangkuannya.     

Axel dilahirkan pada tahun yang bersamaan dengan Leonard, Devan dan Gendhis. Mereka berempat dilahirkan di rumah sakit yang sama. Dan, usia mereka hanya berselang satu bulan satu dengan yang lainnya.     

"Rencananya aku dan Dave akan mengantarkan Devan setelah makan pagi bersama. Memangnya mommy tidak kerepotan ditambah satu anak lagi?" Dian sebenarnya tidak enak hati menitipkan anaknya pada orang lain. Namun, mereka memang harus slaing akrab sejak kecil agar saat dewasa nanti punya pertemanan yang kokoh dan saling tenggang rasa.     

"Kamu ngomong apa sih? Antarkan saja dan kamarnya nanti bersama Axel. Dia sudah tidak sabar ingin bertemu Devan, katanya." Dian cekikikan mendengar ucapan mommy angkatnya.     

"Baiklah mom, kami akan mengantarkan Devan besok. Terima kasih ya mom atas pengertiannya. Aku dan Dave selalu merepotkan mommy dan daddy." Jawab Dian.     

"Apa kata mommy Axel, mom?" Devan yang sejak tadi menguping pembicaraan via telpon antara mommynya dengan mommy Axel, bertanya dengan wajah penuh senyuman sumringah.     

"Kamu besok menginap semalam dirumah Axel. Hanya semalam ya. Karena Senin mulai sekolah lagi." Dian mengangkat anak tampannya ke atas pangkuannya.     

"Asyikkkk, terima kasih mommy. Aku mau ke kamar dulu sekarang. Mmuahhh." Devan mencium pipi wanita yang rambutnya sudah memanjang sampai pinggang itu lalu berlari menghilang di belokan menuju kamarnya sendiri. Dian tersenyum sendiri melihat kelakuan anak lelakinya.     

Baru saja Dian bangkit dari duduknya, tiba-tiba dia melihat Dave setengah berlari menuruni anak tangga.     

"Ada apa? Kenapa kamu seperti dikejar waktu?" Dian menghampiri Dave dan bertanya.     

"Darren mengajak bertemu. Aku akan segera pulang." Dave mengecup pipi kanan dan kiri istrinya yang kebingungan dan pria itu pun menghilang bersama mobil yang dikemudikannya sendiri.     

"Mau kemana dia?" Dian pun memutuskan untuk menelpon sahabatnya, Calista.     

"Ada apa sayang? Kangen aku? Hehehe ...." Calista menjawab sapaan pertama dari Dian, sahabatnya sejak mereka masih sama-sama belum menikah.     

"Hehe, kamu itu. Oya, Calista, suamiku baru saja berangkat tergesa-gesa katanya mau bertemu dengan ayahnya Raja Ratu." Dian bertanya.     

"Oh aku tidak tahu itu. Tapi, Raja dibawa ayahnya berdua saja. Hanya Ratu dan aku dirumah." Jawab Calista heran.     

"Mau kemana mereka ya. Semoga saja tidak mengkhawatirkan." Jawab Dian.     

"Kamu tenang saja. Mereka lelaki bisa jaga diri." Calista berusaha menenangkan kekhawatiran sang teman.     

"Iya, maafkan aku terlalu khawatir." Jawab Dian tersenyum merasa bersalah.     

"Iya tidak apa, sayang. Oya, kamu main kerumah aku dong sekarang. Atau, aku kerumahmu nih?" Calista membuat penawaran.     

"Aku kerumahmu saja. Sebentar aku panggilkan Devan untuk bersiap-siap." Ujar Dian lalu menutup sambungan telpon.     

Dian berjalan cepat menuju kamar anak lelaki tersayang, "Sayang, kita kerumah tante Calista yuk. Ada Ratu disana tapi Raja tidak ada." Ucap Dian.     

"Ayo mom," Devan yang sedang bermain dengan robot transformernya, langsumg berhenti dan membereskan mainannya.     

Alhasil, Dian dan Devan pun pergi kerumah Calista menggunakan mobil satu lagi yang disiapkan Dave untuk istri dan anaknya dirumah.     

-----     

"Ada apa, Darren?" Dave yang baru saja datang, langsung menghampiri Darren yang sudah menunggunya di teras rumah Jack. Ya, Darren meminta Dave untuk datang kerumah Jack. Mereka perlu mengadakan perundingan sehubungan dengan dikukuhkannya seorang raja preman, Jhonny yang menjadi pengawal untuk Carol dan anak-anaknya.     

"Kemarilah." Darren memanggil Dave untuk masuk kedalam ruang baca.     

"Raja? Kamu ikut ayah kesini?" Mata Dave melebar ketika melihat kehadiran Raja di ruang tamu. Dan, sedang duduk manis bersama Gendhis dan Carol juga Nathan yang berada dalam gendongannya.     

"Selamat datang, om Dave." Raja dan Gendhis menyapa teman ayah mereka itu sambil memegang remote kontrol permainan PS 5 yang sedang mereka mainkan bersama.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.